Melek Digital, Tangkal Hoaks: Guru Garda Terdepan Literasi Informasi
Diskusi bertajuk "Tangkal Hoaks dan Fake News" digelar oleh Keuskupan Agung Jakarta bersama Harian Kompas dan mitra lainnya untuk memperkuat literasi digital para guru SMA/SMK Katolik se-Jabodetabek. Acara ini menyoroti pentingnya kejujuran dalam menyampaikan informasi, mengingat rendahnya skor literasi dan kesopanan digital Indonesia. Sebagai upaya nyata, 7.700 guru diberi akses berlangganan Kompas.id agar dapat membimbing siswa memilah informasi yang benar di era digital.

Dalam era digital yang sarat dengan arus informasi tak terbendung, literasi digital menjadi kunci utama dalam membentuk masyarakat yang cerdas dan beradab. Menyadari pentingnya peran pendidik dalam menghadapi tantangan ini, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) bekerja sama dengan Harian Kompas (Kompas.id), 5P Global Movement, serta Pusat Riset dan Advokasi Serikat Jesus (PRAKSIS) menggelar diskusi bertajuk "Tangkal Hoaks dan Fake News". Acara ini berlangsung pada Jumat, 2 Mei 2025, pukul 12.00–16.00 WIB, di Graha Pemuda Lantai 4, Kompleks Gereja Katedral Jakarta.
Diskusi ini dihadiri oleh para guru SMA/SMK Katolik se-Jabodetabek, dengan tujuan memperkuat literasi digital di kalangan pendidik. Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, membuka acara dengan menekankan pentingnya kejujuran dan integritas dalam menyampaikan informasi, mengingatkan bahwa kebohongan yang terus-menerus dapat merusak tatanan sosial.
Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Haryo Damardono, turut menyampaikan bahwa kemampuan literasi masyarakat Indonesia masih memprihatinkan. Data Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) menunjukkan skor literasi siswa Indonesia yang terus menurun hingga 359 pada 2022, di bawah rata-rata global 476. Selain itu, laporan Digital Civility Index (DCI) menempatkan Indonesia pada urutan ke-29 dari 32 negara dalam tingkat kesopanan digital, terendah di Asia Tenggara.
Sebagai langkah konkret, KAJ bekerja sama dengan Harian Kompas untuk melanggankan akun Kompas.id kepada 7.700 guru SMA/SMK se-Jabodetabek. Langkah ini diharapkan dapat memperluas akses informasi yang kredibel bagi para pendidik, sehingga mereka dapat membimbing siswa dalam memilah informasi yang benar dan menghindari penyebaran hoaks.
Melalui inisiatif ini, para guru diharapkan tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga pembimbing dalam membentuk karakter siswa yang kritis, cerdas dan beretika di dunia digital. Dengan demikian, generasi muda Indonesia dapat tumbuh menjadi individu yang mampu menghadapi tantangan informasi di era digital dengan bijak dan bertanggung jawab.
Penulis: Saraswati